Apa Peranan Salesman di dalam Sistem Sosialis?

Senin, 09 Juni 2014 | komentar

Pertanyaan pertama, adakah negara yang sungguh masih murni sosialis? Sepertinya tidak ada. Namun negara yang mendeklarasikan diri sebagai sosialis masih banyak sekali, hampir separuh jumlah negara – negara di dunia. Dan mengingat India dan China  berada di dalam golongan negara sosialis maka sosialisme seharusnya adalah faham mayoritas di dunia ini. Namun kenyataannya, dunia saat ini sedemikian kapitaislistik sehingga seolah setiap ikhtiar yang dikerjakan manusia di atas muka bumi ini digunakan untuk kepentingan melayani pemodal.

Socialist_states_by_durationNegara yang berwarna-warni selain abu – abu adalah negara yang mengaku sosialis. Perbedaan warna menyatakan perbedaan lama waktu negara tersebut memeluk sosialisme. Selengkapnya silakan lihat wikipedia.
Pertanyaan berikutnya sesuai judul. Adakah salesman di negara yang murni sosialis? Jawabannya cukup membingungkan saya sendiri karena pengalaman pertama saya menjadi seorang salesman adalah di perusahaan Cina dan India yang mengaku sosialis. Padahal menurut pendapat saya semestinya salesman tidak dibutuhkan di negara dan perusahaan yang menganut prinsip sosialisme. Produksi semestinya dilakukan berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan bukan memproduksi sebanyak – banyaknya lalu berusaha menjualnya di pasaran entah dibutuhkan entah tidak. Oleh karena itu salesman tidak dibutuhkan pada sistem sosialis karena semua yang diproduksi pasti akan dibeli. Nyatanya memang sosialisme murni itu tidaklah ada.
Sebelum bingung dengan istilah dan faham – faham yang rumit mari kita pertanyakan apakah sosialisme itu? Sosialisme adalah sistem perekonomian di mana ada kepemilikan sosial dalam produksi dan manajemen ekonomi secara kooperatif. Koperasi Indonesia sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan adalah contoh nyata sistem sosialis, namun tidak bisa jalan dengan baik di Indonesia karena negara kita teramat kapitalis. Lalu apa pula kapitalisme itu? Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana faktor produksi dimiliki oleh pribadi dan digunakan sebesar – besarnya untuk meningkatkan keuntungan. Untuk memberikan sedikit gambaran mungkin bisa dicermati gambar berikut ini:
socialism
Di negara sosialis semestinya setiap individu memiliki harta yang relatif sama sehingga tidak ada iri dengki diantara warga, namun kaum kapitalis menggambarkan bahwa demi kepemilikan bersama maka harta pribadi rakyat dirampas paksa oleh negara dengan dalih kepentingan  bersama. Maka ketika obama menggulirkan ObamaCare yang mana menaikkan pajak untuk memperbesar tunjangan kesehatan sosial dia serta-merta dicap sebagai sosialis oleh kaum republikan. Sementara di mata kaum sosialis, kapitalisme adalah perampasan harta rakyat banyak untuk kepentingan mereka yang memiliki modal kuat sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Kedua -isme tersebut memang berada di dua kutub yang berbeda dan saling serang selama beberapa abad belakangan ini.
Kapitalisme adalah membesarkan kapital dengan cara mencari keuntungan sebesar – besarnya, apakah salah? Sebagai anak pedagang dan calon pedagang juga (semoga), seharusnya saya mendukung penuh paham kapitalisme tanpa perlu melirik sosialisme yang bertentangan dengan prinsip – prinsip perdagangan umum. Namun demikian, ketika kita dihadapkan pada sumber daya manusia kita wajib berpikir sosialis rupanya. Tidak mungkin kita hanya bicara untung rugi pada para karyawan yang bekerja keras bagi kita. Kita harus memikirkan kepentingan dan kesejahteraan bersama tanpa melupakan tujuan membesarkan kapital.  Tanpa pertimbangan sosialisme dalam membangun sistem manajemen sumber daya manusia maka perbudakanlah yang terjadi seperti pada awal perkembangan ekonomi Amerika Serikat di abad ke – 18 hingga perbudakan pabrik panci Tangerang.
 Jadi soc
Itu tadi dari sisi SDM, salah satu aspek dalam manajemen perusahaan. Lalu bagaimana dengan aspek pejualan? Berikut ini coba saya paparkan relevansi kapitalisme dan sosialisme dalam dunia sales dan marketing. Dengan semangat sosialis, kita akan mencari dahulu permasalahan yang dihadapi pelanggan apa, diidentifikasi, kemudian dicarikan solusinya. Sosialisme adalah solusi-isme di mana salesman berfokus pada pelanggan yang memerlukan solusi bukan semata – mata demi kepentingan perusahaan yang ingin menumpuk keuntungan. Sementara itu pada kapitalisme, salesman hanya semata – mata mengejar target penjualan tanpa memerhatikan kebutuhan sesungguhnya dari konsumen yang mengakibatkan pula konsumerisme buta pada sisi pelanggan.
Memang menjadi salesman sosialis yang berpihak pada pelanggan itu lebih melelahkan dan kurang dihargai oleh perusahaan yang cenderung kejar target semata. Hasil yang diperoleh dari bonus penjualan pun mungkin lebih sedikit daripada mereka yang berpikir kapitalis. Namun demikian, dalam jangka panjang salesman yang berpikir sosialis akan lebih awet karirnya karena channel pelanggan yang dia miliki sifatnya lebih kokoh dan terpercaya.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manusia Berpikir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger