Merdeka.com -
Semasa kecil, Basyar al-Assad sangat tertutup dan pendiam. Sifatnya bertolak belakang dengan kakaknya, Bassel al-Assad. Menurut laporan majalah the Economist,
sang kakak tipe orang mudah bergaul dan agak sombong. Dia selalu
dikerumuni kawan dan senang menggoda Basyar. Kabarnya, Basyar selalu
diam saja ketika dijahili.
Sikap pemalunya makin menjadi-jadi kala dia remaja. Basyar lebih suka
belajar. Dia tidak terlalu suka berolah raga karena merasa badannya
kurang atletis. Meski keluarganya memegang kendali sebuah negara, dia
tidak tertarik pada politik atau militer. Seumur hidupnya, Basyar
mengaku hanya sekali saja memasuki ruangan kerja ayahnya. Ketika itu, tidak ada obrolan politik. Basyar sudah paham, si sulung Bassel yang dipersiapkan menjadi putra mahkota.
Basyar sekolah di lembaga pendidikan Arab-Prancis Al Hurriya, di Ibu
Kota Damaskus. Nilainya selalu di atas rata-rata. Teman sekelasnya
kepada the Economist mengaku lebih sering melihat Basyar diam di pojokan dan tidak membaur bersama teman-temannya.
Karena minat biologi selama sekolah menengah, Basyar mendaftar ke
Fakultas Kedokteran Universitas Damaskus pada 1982. Dia lulus enam tahun
kemudian. Berkat koneksi ayahnya, dia bisa langsung bekerja di Rumah
Sakit Militer Thisrin, selatan Damaskus. Selama merawat tentara dia
melihat kebutuhan dokter spesialis mata di negaranya.
Setelah enam bulan bekerja, dia mendaftar di Universitas St. Mary, Ibu Kota London, Inggris. Seperti cita-citanya, dia mengambil spesialisasi mata.
Karirnya sebagai dokter mulus, dia juga membuka praktek di London. Saat
kuliah, medio 1990, dia memberanikan diri berkenalan dengan seorang
mahasiswi ilmu komputer tetangga kampusnya, bernama Asma al-Akhras.
Perempuan itu bakal menjadi istrinya sepuluh tahun kemudian. Konon
selama pacaran, Assad sangat kaku dan tidak romantis.
Nasibnya
yang terlihat lempang di bidang kedokteran buyar ketika kakaknya tewas
pada 1994 karena kecelakaan mobil saat kebut-kebutan. Sang ayah
memanggil dia dan diikutkan ke dalam wajib militer. Lagi-lagi
sang ayah berperan besar. Karena Basyar diharapkan bisa menjadi
presiden, pangkatnya segera meroket. Supaya karirnya di bidang militer
aman, sang ayah mengganti semua perwira tinggi dengan orang-orang suku
Alawi yang hormat dengan keluarga Assad. Dari perwira anak bawang, hanya
dalam lima tahun, Basyar sudah berpangkat kolonel.
Namanya juga diperkenalkan ke publik sebagai pejabat yang ditugaskan memberantas korupsi.
Rakyat Suriah menerima sosok Basyar. Dia bahkan digadang-gadang sebagai
reformis di negaranya. Saat sang ayah meninggal di awal 2000, parlemen
sampai mengubah konstitusi supaya dia bisa menjadi presiden. Usianya
saat itu baru 34, padahal konstitusi mensyaratkan calon presiden minimal
berusia 40.
Namun, harapan rakyat Suriah semu belaka. Korupsi di
negara itu malah meningkat selama Basyar berkuasa. Bank Al-Madina pada
2004 ketahuan mengirim dana besar ke adiknya, Maher al-Assad.
Dia berusaha menutupi kebobrokan dalam negeri dengan bersikap keras pada
kebijakan Amerika Serikat dan Israel. Basyar juga menyokong gerakan
anti-zionis Hizbullah dan Hamas.
Tidak
ada yang mengira anak yang dulu pemalu dan jauh dari hiruk-pikuk politik
mendadak berlaku kejam, terutama saat pecah pemberontakan tahun lalu.
Dia secara sistematis menyuruh tentara membunuh dan menculik ribuan
penduduk yang melawan. Dua kota, Homs dan Hama, diserang dengan
jet-jet tempur. Masjid dibom dan rakyat kota yang menjadi basis oposisi
itu dibuat kelaparan karena pasokan bahan pangan diblokir.
Di hadapan pers internasional dia dengan dingin mengaku memerangi
teroris, bukan rakyatnya sendiri. Dia juga menampik tudingan melakukan
genosida. Dalam bocoran surat elektronik yang dilansir harian the Guardian pekan lalu, dia ternyata memandang remeh isu hak asasi dan demokratisasi yang pernah dia janjikan.
Konon, pejabat militer Iran yang memberi dia saran memakai pendekatan represif agar perlawanan oposisi berhenti. Ternyata dokter mata nan pemalu itu berhati buta.
Merdeka.com - Sebuah
kabar tidak sedap kembali menghampiri Presiden Suriah Basyar al-Assad.
Lewat bocoran surat elektroniknya yang jatuh ke tangan pihak oposisi,
Assad diketahui memiliki pengagum rahasia. Tidak tanggung-tanggung, tiga
perempuan sekaligus mengungkapkan perasaannya lewat surat elektronik
langsung kepada ayah dua anak itu. Menurut surat kabar the Daily Mail, Senin (19/3), dua dari tiga gadis belia itu adalah staf hubungan kemasyarakatan kepresidenan.
Maklum saja, Assad yang perlente dan klimis berhasil menawan hati kaum hawa di sekelilingnya. Salah satunya Sheherazad Jaafari, penasihat humas kepresidenan sekaligus anak dari duta besar Suriah untuk PBB. Kepada rekan kerjanya, dia menyatakan sangat mencintai dan merindukan sosok Assad. Dalam surat elektroniknya kepada Assad tanggal 27 Desember 2011, gadis 20 tahun ini juga mengungkapkan isi hati dan kekagumannya kepada Assad. Pesaingnya adalah Hadeel al-Ali, juga staf humas kepresidenan. Dia mengirim gambar Assad saat masih bujangan dan mengatakan lelaki pujaannya itu sangat tampan. Gadis ketiga adalah Rasha Mouakeh, perancang perhiasan. "Aku cinta kamu. Aku tidak dapat melihat dunia tanpa dirimu," tulis Rasha kepada Assad. Beberapa surat elektronik yang dikirim Desember tahun lalu itu tidak hanya berisi ungkapan hati, tapi ketiga perempuan itu juga mengirim foto diri mereka, bahkan dalam pose menggoda. Salah satunya, foto gadis berpakaian dalam dengan pose menghadap tembok. Baik Asma atau Assad tidak berkomentar mengenai masalah ini. Ibu negara itu jarang muncul ke hadapan publik sejak tahun lalu saat tentara pemerintah menggempur basis oposisi. Namun bulan lalu Asma yang besar di Inggris itu muncul ke hadapan publik dengan mengumbar senyuman saat menemani suaminya memberikan suara dalam jajak pendapat untuk reformasi konstitusi. Kantor berita pemerintah SANA menyatakan surat elektronik yang dipublikasikan oleh pihak oposisi itu palsu dan tidak ada bukti Assad berselingkuh. Menurut oposisi, surat-surat cinta itu membuktikan Assad menjalin hubungan dengan wanita lain dan hal ini tidak pantas dilakukan oleh pemimpin negara.
Merdeka.com - Bayi perempuan yang diberi nama Asma al-Akhras lahir 11 Agustus 1975 di Ibu Kota London, Inggris. Orang tuanya, ahli jantung bernama Fawaz Akhras dan diplomat Sahar al-Akhras, asal Suriah bahagia tidak terkira, seperti dikisahkan surat kabar Inggris the Guardian.
Pasangan dari kalangan Sunni itu beruntung karena sama-sama keturunan saudagar di Kota Homs, Suriah. Kedua orang tua Asma mendapat pendidikan terbaik dan bisa berkarir di luar negeri. Mereka pun memanjakan putri satu-satunya ini. Asma kecil dimasukkan ke sekolah Gereja Inggris. Sekolah menengah dia habiskan di asrama putri Queen's College. Saat kuliah, Asma langsung menekuni dua bidang, yaitu ilmu komputer dan sastra Prancis di Institut King's College London. Dia memang dikenal berotak moncer. Setelah lulus pada 1998, dia bekerja di lembaga investasi tersohor, J.P Morgan, cabang London. Saat menjadi konsultan keuangan itulah, Asma menjalani gaya hidup sangat glamor. Semasa itu pula, dia dekat dengan kawan yang dia kenal selama kuliah, seorang dokter mata bernama Basyar al-Assad. Asma dikabarkan tertarik terhadap Basyar karena pria itu juga pandai. Namun, dari kawan-kawan mereka semasa kuliah, Basyar sering kikuk ketika berpacaran. Pria yang awalnya tidak dipersiapkan jadi presiden Suriah itu memang dikenal pendiam sekaligus pemalu sejak kecil. Walhasil, Asma menjadi dominan ketika memadu kasih. Mulai dari memilih tempat kencan, rute jalan-jalan, sampai nonton film, semua Asma menentukan. Basyar menjadi orang nomor satu di Suriah setelah ayahnya, Hafez al-Assad, mangkat tahun 2000. Asma pun dipersunting tahun itu juga. Dia hijrah ke Suriah dan menjalani peran sebagai ibu negara. Di permulaan masa Basyar menjabat, Asma dicitrakan sebagai perempuan progresif hasil didikan luar negeri. Dia digambarkan membela hak perempuan dan berupaya meningkatkan harkat dan kesetaraan pendidikan bagi kaum hawa. Asma dikenal dekat dengan perempuan-perempuan berpengaruh di Timur Tengah. Sohib karibnya adalah putri emir Qatar Mayassa al-Thani dan Ratu Rania Al-Abdullah dari Kerajaan Yordania. Sejak pemberontakan di Suriah mencuat Maret tahun lalu/ 2011, hubungan mereka memburuk. Bahkan Asma menutup telepon tiba-tiba saat Rania menghubungi dia menanyakan situasi Suriah terkini. Asma sejak remaja ternyata tergila-gila baju mahal bikinan perancang ternama. Dia juga gemar belanja perabotan rumah tangga dari Swedia dan perhiasan jutaan dolar buatan Italia. Keranjingan belanja itu rupanya tidak berhenti meski negaranya sedang bergolak. Dia tidak peduli meski penduduk Kota Homs, tempat kelahiran orang tua dan keluarga besarnya, digempur habis-habisan atas perintah suaminya. Bahkan, dalam sebuah surat elektronik yang dibocorkan para peretas, Asma menghina warga Homs sebagai orang-orang bodoh. Dia pun mengungkapkan bakal terus setia dan mendukung langkah suaminya meski seluruh dunia mengutuk kekejaman rezim Assad.
Merdeka.com - Asma al-Assad, istri Presiden Suriah Bashar al-Assad memicu perdebatan di negaranya setelah ia menggunakan kaos hitam bertulis 'kau negaraku yang indah'. Tulisan ini dicetak huruf arab,
Dilansir dari stasiun televisi Al Arabiya, Jumat (29/6). Foto ini menyebabkan kemarahan kalangan ekspatriat Suriah. Mereka mengatakan Asma tidak peka pada situasi negaranya. Menurut organisasi Hak Asasi Manusia di Suriah, keadaan negara itu justru berbanding terbalik dengan tulisan pada kaos Asma. Sudah 15 ribu orang tewas dalam perang saudara. Hal ini dipicu kekecewaan rakyat atas rezim al-Assad. Pencitraan ini mengundang komentar keras di berbagai media sosial. 'Apakah Suriah masih indah di mata ibu negara, dengan semua pertumpahan darah yang terjadi?', bunyi salah satu pengguna media sosial. Komentar lain mengatakan, Suriah seperti ditusuk jarum melihat foto itu. Gambar Asma diambil di Damaskus, pada Rabu pekan lalu. Dia menghadiri pelatihan tim Bulutangkis untuk diberangkatkan ke Olimpiade, London, Inggris. Asma kerap mendapat kritik pedas. Terutama karena hobinya berbelanja barang mewah di tengah krisis melanda Suriah.
Merdeka.com - Asma al-Assad mulai dipinggirkan dari pergaulan sosialita Internasional.
Dunia kecewa sejak dirinya terang-terangan mendukung langkah suaminya,
Bashar al-Assad mempertahankan kekuasaan dengan cara apapun termasuk
kekerasan.
Situs jetset.com melaporkan, Kamis (12/7), kelakuan Asma berbanding terbalik dengan Ratu Rania asal Yordania. Dia justru ikut menjadi kayu bakar meningkatnya kerusuhan di negeri itu. Sementara Rania, dimanapun dia berada menjadi simbol keindahan dan kedamaian. Ibu negara ini pernah bersinar di pergaulan sosialita internasional. Citranya musnah sudah sejak rezim mulai membunuh lawan-lawan politiknya pada Maret tahun lalu. Asma ditendang dari perkumpulan perempuan sukses saat majalah fashion kenamaan, Vogue, menghapusnya dari daftar berpengaruh. Asma menyokong suaminya mengontrol negara. Konflik Suriah semakin meluas dan puluhan ribu orang mati sia-sia. Dunia mengharapkan Asma mampu menurunkan tensi Bashar dalam ambisinya, tapi dia malah memicu kemarahan internasional. Puncaknya ketika Asma memakai kaos hitam bertulisankan "Kau negaraku yang Indah". Kenyataan berbanding terbalik dengan kondisi Suriah. Dia dikecam di forum terbuka maupun internet. Forum daily life mengatakan perempuan ini mengecewakan. Padahal ketika Bashar menikahinya pada 2000, dia diharapkan membawa perubahan di negeri yang kerap dilanda konflik agama serta suku. Andrew Tabler, pengamat sosial Institut Washington untuk kebijakan Timur Tengah di Washington DC, Amerika Serikat, mengatakan Asma sebagai dualisme. Secara psikologis, Asma menolak kekerasan di negaranya, tapi secara fisik, dia membodohi dirinya sendiri. "Dia ingin menjadi putri kerajaan dan perempuan modern sekaligus," kata Tabler. Padahal, Asma bukan perempuan berotak pas-pasan. Dia mahasiswi berprestasi di kampus paling bergengsi di London, Inggris. Saat suaminya naik tahta, ia sempat mengelilingi Suriah mencari tahu masalah di negerinya. Namun usahanya gagal karena keluarga Bashar tidak menyukai Asma. Di sisi lain, sangat sulit perempuan memerangi korupsi dan betah berlama-lama di Suriah dinilai negara terburuk di dunia.
Merdeka.com - Asma
al-Assad, Ibu Negara Suriah tengah menjadi buah bibir dunia. Betapa
tidak, dia terlihat baik-baik saja dan tanpa beban meski negara itu
sedang menghadapi perang saudara. Dia seolah acuh atas konflik terjadi
walau ribuan orang terbunuh.
Sebuah data mencengangkan dilansir oleh situs Wikileaks. Di tengah
pembantaian rakyat Suriah, Asma justru sibuk membenahi istana terletak
di Latakia, Suriah. Tempat ini direnovasi dan dia menjadi bertindak
menjadi arsitek perombakan itu. Dia membenahi seluruh ruangan agar
terlihat indah.
Adalah wajar jika seorang ibu negara ikut menata rumah kediaman
keluarganya. Tetapi satu hal disayangkan Asma membuang miliaran rupiah
demi membeli perabotan baru bagi istana itu. Harganya bisa membuat orang
lain tersentak. Meski kini kondisi rakyatnya bertolak belakang lantaran
tengah menghadapi ancaman kelaparan akibat konflik bersenjata.
Dari bocoran surat elektronik di situs Wikileaks, Asma kedapatan membeli
furnitur baru dari sebuah toko di Inggris Barat senilai Rp 4,15 miliar.
Pembelian
ini dilakukan pada Maret 2012 lalu. Di waktu sama sebuah desa di
Provinsi Hama, Suriah, dibumihanguskan dan warganya dihabisi oleh milisi
Shabiha.
Stasiun televisi Al Arabiya,
Senin (16/7), mendapatkan salinan surat elektronik dikirimkan Menteri
Urusan Rumah Tangga Suriah, Mansyur Azzam. Dari salinan itu diketahui
Asma berbelanja lewat internet menggunakan surat elektronik milik Azzam.
Terlihat jelas bebarapa barang pesanan Asma mulai dari lima buah lilin
seharga Rp 141,5 juta dan 11 kursi ala Kaisar Usmani senilai Rp 311,3
juta.
Selain itu, Asma membeli meja makan bulat senilai Rp 150,9 juta, karpet
Turki seharga Rp 160,3 juta, dan gantungan busana seharga Rp 47,1 juta.
Semua ini demi kepuasan dia pada barang-barang mahal dan berlabel
tinggi.
Kenyataan Asma Assad gemar berbelanja barang mewah tidak aneh. Saat
masih tinggal di Inggris, dia memang terkenal glamor dan akrab dengan
gemerlap kalangan sosialita. Bahkan profil dia pernah masuk dalam situs
majalah gaya hidup ternama, Vogue, meski belakangan dihapus lantaran
sikap dia mendukung pembantaian warga sipil di Suriah.
Ratu Rania dan Cinta Pandangan Pertama
Merdeka.com - Dia
merupakan ratu yang amat dicintai rakyatnya. Meski negara-negara Arab
lain dilanda revolusi, Yordania sampai sekarang relatif tenang dan tidak
bergejolak. Barangkali hanya di kerajaan itu, seorang ratu lebih
terkenal dibanding sang raja yang berkuasa. Dialah Ratu Rania Abdullah.
Kisah sang ratu bagai dongeng bermula dari perjuangan pasangan Faisal Sedki al-Yassin dan Ilham Yassin, warga Kota Tulkarem, Tepi Barat, Palestina. Faisal merasa bertahan hidup di Tepi Barat tidak menjanjikan apa-apa karena konflik berkepanjangan dengan Israel. Akhirnya, lelaki itu berhasil menempuh pendidikan kedokteran di Yerusalem dan mencari peruntungan lebih baik dengan pindah ke Kuwait. Dia mengajak kekasihnya, Ilham. Di tanah air baru itu mereka menikah. Buah hati keduanya lahir pada 31 Agustus 1970. Perempuan berparas ayu ini merupakan anak satu-satunya dari pasangan suami istri itu. Bayi itu diberi nama Rania al-Yassin. Keluarga itu tidak bisa dibilang kaya. Penghasilan Faisal sebagai dokter anak tidak serta merta memberi harta melimpah. Namun, pasangan itu bisa menyekolahkan putri tunggal mereka ke sekolah terbaik. Rania menempuh pendidikan dasar hingga menengah di perguruan New English di Kota Jabriya, Kuwait. Dia bukan siswa menonjol tapi dikenal mudah bergaul. Pembawaannya yang supel membuat gadis ini mempunyai banyak koneksi. Dia pun mendapat kemudahan berkuliah di Jurusan Administrasi Bisnis, Universitas Amerika, di Ibu kota Kairo, Mesir. Selepas kuliah, penguasa Irak, Saddam Hussein, menyerang Kuwait. Keluarga kecil itu, termasuk Rania, memutuskan pindah ke Yordania. Awal bekerja, Rania mencicipi dunia komputer saat menjadi tenaga pemasaran Apple di Ibu Kota Amman. Setahun bekerja, dia kecewa karena janji kenaikan pangkat tidak direalisasikan. Rania akhirnya memutuskan berlabuh di cabang perusahaan keuangan ternama Citibank di Yordania. Kepala perusahaan itu rupanya sepupu penerus takhta Kerajaan Yordania, Pangeran Abdullah. Di sebuah pesta yang diselenggarakan Citibank, nasib mempertemukan keduanya. Usia Rania kala itu baru 22, empat tahun lebih muda ketimbang sang pangeran. Pangeran Abdullah langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Tidak disangka, demikian pula yang dirasakan Rania. "Dia tidak tahu kalau pria yang dia taksir di malam perjamuan itu adalah Pangeran Abdullah," ujar salah satu kawan dekat Rania. Padahal, Abdullah dikenal suka bergonta ganti pacar. Abdullah menceritakan perasaannya kepada Raja Hussein. Sang ayah yang tahu anaknya ini tukang selingkuh dan tidak setia, ingin tahu perempuan macam apa yang membuat calon raja itu tergila-gila. Hussein sengaja datang ke bank dan menengok rupa Rania. Malah ganti Hussein yang kepincut. Sang raja lantas mendesak Abdullah cepat-cepat melamar gadis itu. Saking tidak sabarnya, di suatu pagi akhir 1992, Faisal terkejut setengah mati karena saat dia membuka pintu, berdiri Raja Hussein. Dia mengajak putranya buat melamar Rania. Tidak lama pacaran, keduanya menikah di awal 1993. Mulanya banyak anggota kerajaan mencibir Rania. Dia dianggap tidak berasal dari trah bangsawan. Rupanya Rania tidak cuma bermodal tampang rupawan. Dia memikat hati keluarga besar Kerajaan Yordania, terutama rakyat, berkat kecerdasan dan perjuangannya dalam pelbagai kegiatan sosial. Dia menentang tradisi membunuh anak perempuan yang masih ada di pedesaan Yordania. Rania melalui kekuasaannya juga menggalakkan pendidikan buat kaum hawa melalui lembaga yang dia buat. Statusnya sebagai istri pangeran berubah seratus delapan puluh derajat saat Raja Hussein meninggal awal 1999. Raja berwasiat agar Abdullah jadi raja. Padahal sempat santer kabar mendiang raja lebih menyukai kakak sang pangeran. Sontak, Rania naik takhta menjadi ratu. Sepak terjangnya tidak berhenti. Kegiatan sosialnya makin menjadi-jadi. Media Barat mulai melirik karena dia benar-benar rupawan. Perempuan yang telah dianugerahi tiga anak ini sekarang tekun mengelola pendidikan di Yordania. Sifat supel Rania membuat dia mudah bergaul dengan ibu negara lain. Dia sempat dekat dengan Asma al-Assad di Suriah, tapi hubungan mereka memburuk gara-gara perang saudara di negara itu. Rania juga akrab dengan Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama. Media Barat sangat mengagumi Rania. Pembawa acara Oprah Winfrey sempat mewawancarai dia. Puncaknya, majalah Harpers and Queen tujuh tahun lalu menganugerahi dia gelar perempuan tercantik nomor tiga sejagat. |
HomeMengenal Bashar al-Assad dan Istri Beliau, Asma al Akhras
Posting Komentar