Bentara Budaya Bali 16-17
Novemmber 2018, melalui program Sinema Bentara mentengahkan film-film pilihan
yang terangkai dalam tajuk “Cerita Orang Biasa”. Program di katakan masih dalam memaknai Hari
Pahlawan, namun tidak menanyangkan sosok pahlawan dengan kisah heroik dalam
sebuah perang yang dramatik, sebagaimana yang biasa di lihat dalam film. Film
yang ditampilkan justru menyentuh haru
kita lantaran kejadianya justru bisa terjadi pada kesaharian siapa saja.
Pada hari pertama Jum’at
16 November 2018, film yang ditayangkan adalah Tampan Tailor (Indonesia, 2013,
Sutradara Guntur Soeharjanto); La Douleur (Prancis, 2017, Sutradara Emmanuel
Finkiel); dan film-film pendek terpilih dari program East Cinema seperti From
The Edge of Sanity (Bosnia & Syria, 2017, Sutradara Miliana Majar); Arrival
(Irak, 2018, Sutradara Mustafa al-Janabi) dan It’s Back Then (Irak, 2018,
Sutradara Wathab Siaga)
Pada hari kedua Sabtu 17
November 2018, film yang ditayangkan adalah film-film dari Lissa Russel antara
lain Mothe’s Cry (2015), Heroines of Health (2017) dan Create2030 (2018). Lissa
sebelumnya menjadi pembicara yang dihadirkan di Forum World Conference on
Creative Economy (WCCE) yang diselenggarkan oleh Badan Ekomoi Kreatif Indonesia
di Nusa Dua Bali, 6-8 November 2018. Lissa Russel adalah seniman, kurator, juga
pembuat film dokumenter pemenang penghargaan Emmy Award. Ia telah diundang
sebagai pembicara di TEDx, World Creative Economy 2018, dan sejumlah pertemuan
internasional penting di berbagai proyek pembangunan internasional yang
melibatkan relawan kemanusiaan. Hal tersebut menjadi inspirasi untuk karya filmnya
mengenai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global.
Mother’s Cry
(USA, 2015, Poetry Video, Durasi: 3 menit Sutradara: Lisa Russell)
(USA, 2015, Poetry Video, Durasi: 3 menit Sutradara: Lisa Russell)
“Mother’s Cry” merupakan
film pendek pemenang penghargaan berbagai festival film internasional yang
menampilkan penyair muda terkenal, Savon Bartley. Ia menyuarakan isu perubahan
iklim dengan menggunakan puisi-puisi terpilih sebagai media bercerita. Film ini sangat bernilai artistik dengan
menggunakan kumpulan footage tentang keaadaan alam di dunia dan menggabungkan
dengan adegan sang penyair, Savon Bartley
membacakan puisinya IBU:
Panggilan Puitis untuk Memerangi Perubahan Iklim secara tumpang tindih dengan
footage yang menggambarkan keadaan alam sekarang. Film mengkampayekan gerakan
artistik untuk membantu menempatkan perubahan iklim di garis depan dunia yang
paling banyak dibicarakan kaum muda. “Mother’s Cry” telah ditayangkan pada
lebih dari 15 festival film internasional yang menaruh perhatian khusus pada
isu perubahan lingkungan dan sosial. Film ini juga ditayangkan di PBB pada
acara DPI Youth Briefing on Climate change dan International Youth Day 2016.
Heroines of Health
(USA, Dokumenter, 2017, Durasi: 28 menit, Sutradara: Lisa Russell)
(USA, Dokumenter, 2017, Durasi: 28 menit, Sutradara: Lisa Russell)
3 perempuan. 3 negara . 3 cerita yang tak terungkap.
Hingga kini. Itulah ungkapan tersurat dalam film ini. Heroines of Health adalah
sebuah film baru yang diproduksi oleh GE Healthcare, disutradarai oleh Lissa
Russell, memberikan pandangan yang mendalam tentang kehidupan tiga wanita yang
luar biasa – Dr. Sharmila (India), Mercy (Kenya) dan Ibu Rohani (Indonesia) –
yang telah mengatasi tantangan luar biasa untuk menjadi kekuatan penyelamat
hidup tentang kesehatan global di komunitas mereka. Perempuan dalam film ini
digambarkan menjadi sosok yang penting dalam lingkungan mereka, berperan sebagai
pelayan masyarakat, Khusus para perepuan dunia belahan ketiga.
Dalam tiga dasa warsa terakhir ini pengakuan dunia
terhadap pentingnya peran perempuan dalam pembangunan semakin meningkat, karena
perempuan merupakan kelompok yang mewakili separuh dari penduduk dunia. Dari
sisi pembangunan, perempuan merupakan lebih separuh dari pelaku pembangunan dan
lebih separuh dari pemanfaat hasil pembangunan. Sebelum Dekade Wanita PBB
dikumandangkan pada tahun 1975-1985, posisi dan peran telah diperhatikan oleh
pemerintah dunia ketiga dan oleh organisasi internasional seperti WHO dan
UNICEF. Peran perempuan pada masa itu terbatas pada upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat umumnya. Perempuan menjadi sasaran program pembangunan
di bidang kesehatan dan program “belas kasihan” yang menggap perempuan perlu
dikasihani (Slamet Widodo, 2008).
Mercy, Dr. Sharmila dan Ibu Rohani berasal dari latar
belakang yang berbeda. Mereka berbicara bahasa yang berbeda. Namun mereka
berbagi perjalanan yang sama, mengatasi tantangan dan harapan yang curam untuk
membawa kesehatan yang lebih baik bagi komunitas mereka. Dewasa ini, wanita
membentuk 75% dari tenaga kerja kesehatan global, namun terlalu sering
pekerjaan mereka tidak diakui. Ini adalah tiga dari banyak cerita yang tak
terhitung yang dapat memegang kunci untuk membuka kunci kesehatan yang lebih
baik bagi lebih banyak orang di seluruh dunia.
#Create2030
(USA, Dokumenter, 2018, Durasi: 5 menit, Sutradara: Lisa Russell)
(USA, Dokumenter, 2018, Durasi: 5 menit, Sutradara: Lisa Russell)
# Create2030 adalah film
baru, sebentuk kampanye kreatif untuk melibatkan seniman dalam memenuhi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), atau dikenal sebagai Global Goals. Film ini
diproduksi dengan dukungan Kelompok Advokasi SDG PBB untuk melibatkan seniman
di SDG. Misinya adalah merekrut dan memobilisasi seniman yang memiliki
kesadaran sosial dan berkomitmen untuk menggunakan potensi serta bakat mereka
guna kebaikan sosial di sekitar Global Goals. Film ini dinarasikan oleh Laolu
dengan musik oleh Ray Angry dan menampilkan seniman termasuk Zap Mama, Toni
Blackman, Bilal, Ivan Katz, Jared Green, Mari Malek, dan lain-lain. Film ini
membawa isu global yang dibahas di World Conference Cretative of Economy dalam
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Setelah pemutaran Lissa
Russel menyampaikan proses kreatifnya ketika dia masih kecil dia sudah tertarik
dalam hal kreativitas seperti melukis, menyanyi, menari dan pelajaran sains,
tetapi saat itu Lissa belum bisa mengkaloborasikan semua hal itu. Lissa tinggal
bersama seorang ibu yang sangat tegas tanpa seorang ayah, dan ibunya sangat
bekerja keras untuk menghidupinya dan suatu hari ibunya berkata saya tidak
ingin membiayai kamu jika kamu hanya menjadi seorang seniman. Ibunya menginginkan Lissa mendapatkan
pekerjaan yang diterima masyrakat umum dan pekerjaan pertama yang harus di
hadapi nya adalah bekerja di daerah konflik, dan ibu tidak bahagia dengan itu.
Dan akhirnya ibu lebh senang Lissa bekerja sebagai seorang seniman. Kesadaran
pertamanya menjadi seorang storyteller adalah ketika dia bekerja di Kosovo dan
Albania. Lissa banyak mengunjungi camp-camp pengungsi dan mereka sangat tidak
suka pada wartawan karena apa yang mereka ceritalkan di media. Jadi ada suatu
kisah di Kosovo yang ditulis oleh
seorang jurnalis, dimana dia menulis
berita tentang pemerkosaan perempuan dan
mereka berpikir itu bukan hal yang ingin di ingat oleh orang lain merenpretasikan mereka dengan berita seperti itu. Para
perempuan Kosovo ingin di ingat sebagai seorang yang memiliki satu integritas,
satu kepribadian yang utuh dan bukan sebagai korban. Dan karena Lissa tinggal
bersama seorang ibu yang kuat tanpa ayah, sangat berjuang untuk hidup. Jadi
Lissa sangat paham bagaiamana posisi yang dialami perempuan Kosovo dan
meningkat kepercayaan diri sebagai seorang perempuan. Dan pada saat itu Lisea ingin
menceritakan hal ini dan Lissa belajar sebagai pembuat film dalam 3 tahun.
Sejak saat itu Lissa bersungguh-sungguh
untuk membuat film, dia menulis sendiri, menyutradari, videografer, editing,
dan produksi film nya sendiri. Dan Lissa hanya ingin membuat film yang bisa memberikan suatu dampak yang
postitif untuk dunia.
Sumber Data
Youtube.com
https://bentarabudayabali.wordpress.com/2018/11/01/sinema-bentara-khususmisbar-cerita-orang-biasa/
diakses tgl 18 November 2018 jam 08.32
https://bali.antaranews.com/berita/133485/perhelatan-wcce-di-bali-siap-hadirkan-sineas-pemenang-emmy-awards
diakses tgl 18 November 2018 jam 08.35
Slamet Widodo. 2008.
Perempuan dan Pembangunan. Dalam httip://learing-ofslametwidodo.com/2008/02/01/perempuan-dan-pembangunan/ (1 febuari 2008) diakses tgl 18 November 2018
jam 08.41
Posting Komentar