Pendidikan
Anak Usia Dini Melalu Film Anak dan Keluarga
Yusuf Kurniawan
|
Source : https://www.intofilm.org/resources/84 |
Virgina Satir dalam
bukunya The New Peoplemaking
menyatakan, Orangtua mengajar di sekolah paling berat di dunia---sekolah untuk
orang. Anda adalah dewan pendidik kepala sekolah, penjaga dan pembersih gedung
sekaligus... dan tidak ada ketentuan umum dalam kurikulumnya. Anda
bertugas atau setidak-setidaknya siap
dipanggil. 24 jam sehari. 365 hari setahun. Selama sedikitnya 18 tahun untuk setiap anak yang
Anda punyai.
Dilihat dari pernyataan
Virgina Satir peran orang tua benar-benar sangat penting, dimana Anda harus
siap didalam setiap waktu dan kondisi apapun. Begitu berharga momen bersama
anak dan orangtua. Sebagai orangtua adalah penentunya, mau jadi apa dia adalah
berdasarkan rasa kepedulian dan keterbilatan orangtua dalam perjalanan waktu
perkembangan anak-anak di usia yang sangat dini hingga dewasa disaat umur 18
tahun.
Pendidikan adalah hal
yang terpenting dalam membangun jiwa dan fisik anak. pendidikan yang
berorientasi rasa kasih sayang dan kedekatan emosional yang dibangun melalui
hubungan darah dan batin, yaitu orang tua yang telah menjadi pertemuan pertama
dengan anak yang terlahir. Serta kemudian pendidikan pertama adalah keluarga
tersenidiri menjadi yang utama dalam kehidupan sang anak.\
Keluarga yang menjadi
inspirasi pendidikan seperti yang dilansir dari salah satu artikel SAHABAT
KELUARGA - Azzam Habibullah namanya. Usianya masih teramat muda, Oktober
2018 nanti usianya baru menginjak 17 tahun. Namun di usia yang masih tergolong
‘anak kemarin sore’, anak sulung dari dari pasangan Henry Ridho dan Laila Sari
itu telah melanglangbuana ke negerinya Donald Trump pada tahun 2017 lalu. Melalui
proposalnya yang berjudul ‘Equity dan Population Adjustment’, Azzam menjadi
salah seorang pemuda dari empat pemuda seluruh Indonesia yang diundang oleh
Caretakers of the Environment International (CEI), sebuah organisasi nirlaba
yang fokus pada isu-isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Azzam
diundang untuk mengikuti konferensi tentang pembangunan berkelanjutan,
pendidikan dan lingkungan hidup. Padahal, Azzam bukanlah siswa dari sekolah di
luar negeri, bukan juga siswa dari sekolah unggulan bertaraf internasional.
Bahkan, selama menempuh pendidikan sejak kecil hingga remaja sekarang ini,
Azzam hanya mengenyam sekolah formal saat menginjak jenjang taman kanak-kanak,
yakni di TK Aisyiyah. Selanjutnya, Azzam menjalani proses pembelajaran di
sekolah alam, yakni Sekolah Alam Medan Raya (SAMERA) yang didirikan orang
tuanya. Di rumah, Azzam juga dididik langsung oleh kedua orangtuanya serta
pembelajaran melalui panduan video tutorial.
Orang tua akan melakukan
apapun untuk anaknya termasuk pendidikan untuk masa depan anak nya melalui
pendidikan yang kreatif demi mendapatkan pendidikan yang pas untuk anak-anak.
Seperti Azzam yang mendapatkan pendidikan dari Sekolah Alam Medan Raya yang
didirikan orang tua plus tambahan lebih mendalam saat dirumah dengan panduan video
tutorial. Pendidikan menggunakan media dapat dikatakan sangat mumpuni untuk
mengembangkan minat dan kreativitas anak, apalagi dengan zaman yang teknologi
serba maju, salah satu media film yang banyak menampilkan konten pendidikan
untuk anak-anak demi mencapai pembelajaran yang mutakhir dari konten film
tersebut.
|
source : https://www.artlink.co.za/news_article.htm?contentID=25721
|
Pada alam keluarga, orang
tua (Ayah dan Ibu) terutama ayah kepala keluarga dengan bantuan anggotanya
mempersiapkan segala sesuatu yang yang dibutuhkan sebuah keluarga, dimana
bimbingan, ajakan, pemberian contoh, kadang sanksi yang khas dalam sebuah
keluarga, baik dalam wujud pekerjaan kerumah-tanggan maupun kemasyarakatan
lainnya, yang dipikul atas seluruh anggota komunitas keluarga, atau setara
individual, merupakan cara-cara yang biasa terjadi pada interaksi
pendidikan dalam keluarga. Ki Hajar
Dewantara (1961) menyatakan keluarga adalah kumpulan individu yang memiliki
rasa pengabdian tanpa pamrih demi
kepentingan seluruh individu yang bernaung didalamnya.
Keluarga juga wahanana
(tempat) untuk mendidik anak untuk pandai, berpengalaman, berpengetahuan,
berperilaku dengan baik. Bilamana kedua orang tua dalam keluarga, memahami
dengan baik kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua. Orang tua (Ayah dan
Ibu) tidak hanya sekedar membangun silaturrahmi dan melakukan berbagai tujuan
berkeluarga seperti tujuan reproduksi,
meneruskan keturunan, menjalin kasih sayang dan lain sebagainya, yang lebih
terpenting bagi dari tugas keluarga adalah menciptakan suasana dalam keluarga
proses pendidikan yang berkelanjutan (continius
progress) guna melahirkan generasi penerus (keturuanan) yang cerdas dan
berakhlak (berbudi pekerti yang baik), baik dimata orang tua, dan masyarakat.
Dalam mendidik anak usia
dini dilingkungan keluarga sebagai pendidik pertama dan utama, dapat meggunakan
berbagai macam media. Media yang dimaksud sebagai alat yang menjadi perantara
dalam menyampaikan pembelajaran pada
anak usia dini. Dalam konteks ini, terdapat banyak media yang bisa digunakan
untuk pembelajaran anak usia dini. Prinsipnya, media yang akan digunakan tersebut dapat memberikan
rangsangan semangat atau memotivasi anak usia dini untuk dapat belajar dengan
mudah dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa bosan dalam mengikuti
proses pembelajaran. Ada macam-macam media pembelajaran untuk anak usia dini
dapat digolongkan menjadi tiga yakni audio, visual, atau gabungan keduanya
media audio visual dikenal juga dengan media film.
Media audio adalah sebuah
media pembelajaran yang mengandung
pesan-pesan dalam bentuk auditif (pendengaran, serta hanya menghasilkan suara
saja seperti radio dan kaset rekaman. Biasanya berupa cerita yang didongengkan
atau lagu-lagu. Sedangkan media visual adalah media yang mengadalkan indra
penglihatan. Bentuk media visual ialah media grafis dan media proyeksi. Media
grafis ialah media visual yang mengkomunikasikan antara fakta dan data yang
berupa gagasan atau kata-kata verbal dengan gambar seperti poster, kartun dan
komik.
Terakhir media audio
visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, kemudia di
gabungan menjadi gambar bergerak atau film. Film terdiri dari dua jenis yaitu
dokumenter dan film cerita. Film cerita terdiri dari berbagai genre. Terjadi
revolusi dari film Indonesia yang hanya menampilkan film horor atau komedi
receh. Sebuah film bukan hanya dirangkai untuk para penonton remaja.
Anak-anakpun juga harus dijadikan sasaran untuk menikmati sebuah kehidupan lain
yang dapat dilihat dilayar lebar.
Film-film bergenre anak
tersebut dapat berbagai cerita tentang pengajaran anak dengan kekeluargaan. Dilansir
dari hipwee.com, sebut saja Petualangan Sherina (2000) film yang booming pada
tahun 2000 bercerita tentang anak perempuan yang bernama Sherina yang harus
menerima keputusan untuk pindah dari Jakarta ke Bandung untuk kepentingan
pekerjaan ayahnya, dimana film bertema musikal ini mengajarkan seorang anak
sifat yang sabar dan penurut, dan harus mampu berdapatasi dengan lingkungan
barunya. Film yang bertema sama dengan Petualangan Sherina mungkin adalah
Joshua Oh Jushua (2001) mengusung tema musikal dipenuhi dengan adegan menyanyi
dan menari, film ini mencertikan Jojo yang harus mengamen untuk kehidupan sehari-harinya, walau hidup susah, Jojo dan
temanya Jejen, tetap senang dan bersykur akan kehidupanya. Dan kemudian film yang berjudul Untuk Rena
(2005) yang mengkisahkan seorang anak bernama Rena yang telah lama hidup di
panti asuhan, yang tidak rela jika adik-adiknya diasuh oleh orangtua asuh,
lewat film ini pula. Setidaknya kita tahu bagaimana rasa saling menyanyangi
sesama saudara. Ada juga film Garuda Di Dadaku (2007) yang berkisah
perjuangan anak laki-laki yang bernama Bayu berjuang untuk mencapai cita-cita
sebagai pemai bola di timnas U-13, tapi sayangnya hobi Bayu tidak disukai
kakeknya karena tidak menjajikan masa depan yan cerah, tetapi Bayu tetap
semangat hingga diapun mendapat restu. Film ini mengajarkan sikap bijaksana dan
dukungan keluarga sangat dibutukan seorang anak dalam meraih impianya. Tidakhanya
menceritakan kisah anak-anak di kota juga ada film anak yang menceritakan
kehidupan anak-anak di desa dan daerah pedalaman salah satunya Denias,
Senandung di Atas Awan (2008), kita bisa melihat Denias seoarang anak suku
pedalaman di Papua yang ingin mendapatkan
pendidikan yang layak untuk dirinya. Dia harus berjalan puluhan kilo
untuk bersekolah. Seterusnya film Laskar Pelangi (2009) yang berkisah seorang
bocah bernama Ikal dkk yang bersekolah di SD Muhammadiyah desa Gantung di Belitung.
Walau sekolah mereka sangat sederhana, tetapi tak mematahkan semangat Ikal dkk
untuk terus mengenal dunia lewat pendidikan.
Memasuki tahun 2018,
terdapat beberapa film bergenre keluarga dan anak kembali di produksi antaranya
Kulari ke Pantai, Koki Koki Cilik dan Keluarga Cemara. Dua diantaranya sudah
tayang Juli kemaren, dan Keluarga Cemara menyusul yang akan tayang di akhir
2018 nanti.
Kulari ke Pantai bercerita tentang traveling jalan darat dari Jakarta ke
Banyuwangi yang di lakoni oleh dua anak perempuan beda karakter Sam dan Happy,
film ini menampilkan hubungan antar saudara sepupu, dan perang orang tua dalam
mendidik anak milineal. Sedangkan Koki Koki Cilik (2018) mengisahkan perjuangan Bima yang berasal dari keluarga
sederhana untuk mengikuting cooking camp (kompetisi memasak) agar dapat meraih
gelar koki cilik, nilai positif seperti
kesederhanaan, kejujuran, dan saling tolong menolong juga cukup menonjol dalam
film ini.
Dari beragam judul film
yang disebut diatas kebanyakan di Sutradarai oleh Riri Riza dan Ifa Ifansyah
kecuali Denias, Senandung diatas Awan disutradai oleh John Rantau dan Johsua
oh.Joshua disturadai oleh Edward Sirait. Sebenarnya masih banyak film bertema
anak dan keluarga yang di produksi di Indonesia, film-film diatas menjadi
perwakilan dalam artikel ini, semoga Film seperti dapat terus di produksi tentu
dengan kualitas cerita dan sinematografi yang lebih baik lagi, sehingga dapat
mengundang banyak penonton terutama untuk anak-anak yang berguna sebagai usaha
pendidikan terhadap anak Indonesia melalui media film.
#sahabatkeluarga
Daftar
Kepustakaan
Nancy Samalin, 1,2,3 Sayang Semuanya Panduan Praktis
membesarkan anak tanpa mebeda-bedakan, Bandung : Kaifa, 2003.
M. Syahran Jailani, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab
Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Nadwa Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8 No.2 (2014).